Pada pertemuan tersebut memang disetting dalam model diskusi isi proposal PTK bab I (Bab Pendahuluan), yang menarik dari diskusi tersebut adalah penerapan model Jarimatika dalam pembelajaran berhitung pada siswa kelas rendah di sekolah dasar, yaitu kelas 2. Sebagian besar mahasiswa beranggapan bahwa pada taraf kelas 2 kemampuan siswa untuk menerima pembelajaran model jarimatika masih sangat sulit, apalagi setelah pemateri presentasi menjelaskan proses pembelajaran jarimatika yang kurang meyakinkan (walaupun saya paham dia mengerti tentang jarimatika), semakin meneguhkan keyakinkan mahasiswa lain bahwa memang model ini tidak tepat diterapkan pada kelas rendah.
Namun, saya berusaha tetap untuk berusaha menerima penerapan model pembelajaran ini dengan berprinsip sesuatu yang baru perlu dicoba, bukankah sesuatu yang baru memang perlu dibiasakan sehingga menjadi bisa. Bahkan di negara maju seperti Jepang sudah menerapkan pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi melalui jaringan internet pada siswa sekolah dasar. Kalau ini yang dipikirkan untuk diterapkan di Indonesia, maka akan muncul penolakan dengan argumentasi siswa belum terbiasa. Begitupun Jepang yang dulunya tidak bisa dan sekarang menjadi bisa karena adanya keberanian untuk mencobanya.
Kembali kepersoalan keraguan mahasiwa tentang pembelajaran perkalian model jarimatika, model jarimatika bagi saya hanya kenal sampulnya saja (mengenal namanya doang), belum masuk kepersoalan pemahaman teknik penggunakan jari dalam perhitungan perkalian matematika. Inilah yang menjadi soal, bagaimana saya meyakinkan mahasiswa lain tentang penerapan jarimatika dalam pembelajaran siswa di sekolah dasar kelas rendah.
Ditengah kegundahan masalah tersebut, saya memperoleh imajinasi untuk mencari informasi tentang jarimatika dengan memanfaatkan google (kebetulan saat mengajar saya sedang online), beberapa detik kemudian informasi model jarimatika diluncurkan oleh google. Diantaranya, bahwa jarimatika adalah model berhitung dengan memanfaatkan kedua jari tangan, dimana prinsip jarimatika bahwa jumlah jari tangan manusia sebanyak 99. Hal ini diperoleh pada tangan kiri: Jari telunjuk=1, jari tengah=2, jari manis=3, jari kelingking=4, ibu jari=5, pada jari tangan kanan: mulai dari jari telunjuk sampai dengan kelingking berturut-turut adalah 6,7,8, dan 9, sedangkan pada ibu jari (kanan) adalah masuk puluhan, jika ditambahkan dengan sembilan jari (satuan) maka akan menghasilkan jumlah 99.
Dari pemahaman dasar saya tentang jarimatika berdasarkan informasi google, bahwa penerapan model pembelajaran tersebut pada kelas rendah sangat menarik untuk dicoba. Namun, tetap memberikan pemahaman kepada pemateri dan mahasiswa lain, bahwa masih sangat perlu untuk dilatihkan agar siswa-siswa pada kelas rendah tersebut menjadi terbiasa. Masih menurut informasi digoogle bahwa perlu waktu minimal 2 bulan untuk terbiasa dengan model pembelajaran jarimatika. Akhirnya, sebagian mahasiswa mulai mengerti bahwa sesuatu yang sulit bukan perkara yang besar jika kita mampu untuk mencobanya berulangkali sampai memperoleh hasil yang maksimal.
Dari, kronologis di atas menunjukkan bahwa ketika kita terjepit dengan suatu kondisi dimana kita harus mengetahui dan mencarikan solusi maka pasti Tuhan akan memberikan jalan keluarnya, hal ini terbukti dengan kehadiranNya melalui Mba' Inet (yang saya singkat dari Interconnected Network). Interconnected Network, diartikan sebagai jaringan global komputer dunia, besar dan sangat luas sekali dimana setiap komputer saling terhubung dan dapat menularkan informasi-informasi yang kita inginkan.
Sekali lagi, Makasih Mba' Inet (solusi yang ditawarkan Allah SWT, melalui kemampuan manusia).
Update via Email
Update via Email
Artikel Terkait: