Minimarket dan Mall, Adakah Ini Kebanggaan Kita?

Malam senin kemaren tiba-tiba saya ke Bulukumba, Kampung halaman yang setahun lebih tidak dikunjungi, tidak ada perencanaan sebelumnya bahwa hari ini kembali menginjakkan kaki ditempat kelahiran.


Sudah terbayang akan pertemuan dengan teman lama, walaupun masih sering komunikasi dengan hp tetap saja silahturrahmi terasa kurang sempurna jika tak berbincang secara langsung 4 mata. Ada perasaan akan munculnya informasi baru, masih hangat untuk diperdengarkan ke saya. Karena memang jika pertemuan itu berlangsung selalu saja menarik untuk disimak karena perbicangan selalu ke arah perkembangan daerah ini ataupun perkembangan politiknya.

Pendek cerita, ungkapan yang pertama kali disampaikan ke saya adalah masalah perkembangan daerah ini yang makin pesat ini ditandai dengan semakin banyaknya Minimart yang bertebaran di sudut2 kota, katanya.

Lanjut, dia mengatakan bahwa beberapa hari yang lalu dibuka 4 minimarket yang berlabel Alfa dan Midi yang posisinya sangat strategis di kota ini, dengan raut muka membanggakan ungkapan-ungkapannya. Seakan-akan meyakinkan saya bahwa ini sebuah kebanggan kita semua sebagai warga Butta Panritalopi. 

Ada perasaan yang berkecamuk tentang cerita kebanggan teman ini, perasaan tidak senang dengan informasinya. Bayangan tentang indahnya silahturrahmi akhirnya sirna dan terganti dengan perdebatan2 kecil dan serius. Ditambahkan dalam tahun ini katanya Mall milik Bupati Bulukumba H. Zainuddin resmi beroperasi, semakin lengkaplah “kebanggaan Butta Panritalopi”.

Satu hal yang tidak disadari oleh masyarakat diberbagai wilayah di Indonesia, kebanggan yang terasa dengan hanya melihat perkembangan sebuah daerah dilihat dari satu sisi sungguh lemah, misalnya hanya dengan hadir gedung2 baru, mall, market. Padahal sisi negatifnya sangat terasa. Hadirnya minimart disudut2 kota tentunya memberikan dampak pada segi ekonomi, khususnya masyarakat ekonomi rendah. Mereka dipaksakan hidup bermewah-mewah dengan ekonomi pas-pasan.

Perputaran ekonomi memang meningkat, namun bagi masyarakat yang biasa disebut sebagai pelaku pedagang kaki lima menerima dampak yang paling besar, pelanggang setia mereka mulai meninggalkan. Jika biasanya permen masih bisa dibeli perbutir atau penyedap rasa masih dibeli dengan perbungkus, jual beli ini yang masih bisa ditemukan di warung2 pedagang kali lima, kini tidak lagi sebagai pelaku tunggal, melainkan minimartpun juga berprilaku demikian. Kita tidak perlu malu berbelanja hanya dengan jumlah rendah misalnya hanya dengan seribuan, bahkan kita disuguhkan dengan ruangan ber-ac, lantai bersih, lampu yang terang dan berbagai informasi diskon yang menggiurkan.

Membanjirnya minimart ini sebuah ancaman besar dari pemilik modal kepada masyarakat yang memiliki modal rendah dan terus terbeli dengan utang-piutang, masyarakat suatu waktu akan mengetahui dan sadar ancaman-ancaman dari konglemerat yang mendapat dukungan dari pemerintah dalam hal pemberian izin. 

Slogan “kesejahteraan rakyat” yang selalu didengungkan oleh kandidat menjelang pemilihan tinggal kata, pemerintah menjadi “pedagang kaki tangan” pemilik modal melawan pedagan kaki lima. Pemerintah jauh lebih mendukung pemilik modal tentunya dilengkapi pelicin izin dibanding masyarakat biasa yang selalu dipandang sebelah mata oleh pemerintah.

Pertimbangan lain yang mungkin diargumentasikan oleh pemerintah ketika izin pendirian minimar atau mall biasanya didasari terbukanya lapangan kerja, tanpa pernah memperhitungkan tentang tertutupnya lapangan kerja padagang kaki lima dengan warung2 kecilnya atau pedagang yang banyak beroperasi di pasar2.

Mall akan menjadi kebanggan sekiranya kesejahteraan hidup rakyat sudah berada pada level standar, jika tidak maka muncul permasalahan yang lama disadari oleh kita semua. Mungkin?

Update via Email
Masukkan email Anda!: Email yang Anda masukkan akan menerima tulisan-tulisan terbaru dari AK Ishaq blog. Terimakasih.


Artikel Terkait:
 
© Ishaq Madeamin Blog | Design by Blog template in collaboration with Concert Tickets, and Menopause symptoms
Powered by Blogger