Semen Geopolimer & Bata Geopolimer


Sukses dengan Bata geopolimernya, Drs. Subaer M, Phil., Ph.D., baru-baru ini kembali mengumumkan penemuan barunya. Penemuan tersebut berupa Semen Geopolimer. Semen ini menyusul bata geopolimer yang lebih dulu diciptakan pada akhir 2010 lalu. Saat ini kedua penemuan tersebut sementara menunggu hak paten nasional.
Perbedaan semen geopolimer dengan semen yang biasa kita jumpai yakni dari segi ketahanan. Selain itu, semen ini juga lebih cepat kering. Penggunaan Semen geopolimer hanya butuh waktu 2 sampai 4 jam. Tak seperti semen biasa yang butuh waktu sampai berhari-hari.
Sementara itu, Bata geopolimer yang diciptakan lebih awal, unggul dengan ketahanan hingga 1000 derajat celcius. Dengan kata lain, batu bata tersebut mampu menghadapi suhu magma gunung merapi yang mencapai enam ratus derajat celsius. Selain itu, bata tersebut juga tak mudah terbakar. Saat ini, bata geopolimer sementara dalam tahap produksi.
Sebenarnya, penelitian geopolimer ini dimulai sejak 2006 lalu. Alhasil, setelah melewati uji laboratium yang panjang, Usaha Subaer yang dibantu beberapa mahasiswa membuahkan hasil yang maksimal. Penemuan tersebut kini tidak hanya di akui dalam skala nasional tapi juga hingga international.
Menurut dosen lulusan program doktor di Curtin University of Technology Australia ini, ide menciptakan bata dan semen geopolimer sendiri mulai digeluti pascamemperoleh gelar doktornya. “Kebetulan disertasi doktor saya adalah geopolimer,” katanya. Saat itu Subaer dan beberapa rekannya penasaran dengan ketahanan bangunan kuno seperti piramida di Mesir dan colosseum di Italia. Dia juga miris melihat bahan-bahan bangunan saat ini yang terlalu mudah hancur terutama jika berada pada suhu ekstrim.
Berkat kedua penemuan tersebut, kini UNM bekerjasama dengan pemerintah Sulawesi Selatan dan Kabupaten Barru menyiapkan lahan sekitar dua hektar. Kerjasama tersebut mencapai deposit 40 juta ton sebahagai bahan geopolimer. Jumlah tersebut diperkirakan bisa digunakan memproduksi hingga puluhan tahun. Di sana juga rencananya akan dibangun laboratorium industri yang akan menyerap tenaga kerja dari alumni UNM. Mereka yang direktur bukan hanya dari jurusan Fisika, tapi juga jurusan Seni, dengan harapan produknya juga dapat bernilai seni tinggi. Industri tersebut akan memproduksi bahan bangunan maupun perabot rumah tangga.


  Subaer mengatakan, perbedaan mendasar bata geopolimer dengan batu bata lain adalah proses pembuatannya yang memadukan konsep fisika dan kimia. Pada proses pembuatan bata geopolimer, katanya yang pertama dilakukan adalah mengubah struktur kristal tanah atau bahan. Selanjutnya, atom-atom slikon dan aluminium diikat dengan logam alkali sehingga membentuk material baru. Logam alkali berfungsi untuk menolak lumut dan mengikat senyawa. Terkahir, bahan-bahan kemudian dimasukkan kedalam cetakan.
Selain proses pembuatannya yang tidak rumit, bata yang diproyeksi akan menggantikan batu bata tradisional ini juga memiliki harga yang sangat ekonomis. Harga tiap batanya menurut alumnus doctor Curtin University of Technolgy Australia ini setara dengan harga batu bata tradisional.
Untuk lebih memperkenalkan bata geopolimer lebih luas, pihak laboratorium fisika material bidang geopolimer juga telah mempublikasikan dibeberapa institusi geopolimer di dunia. Diantaranya Curtin University of Technology Australia, Journal of Material Science Belanda dan American Institut Of Physic (AIP) yang meneliti tentang karakteristik bahan, struktur dan aplikasi geopolimer.

     Menurut Subaer, di Indonesia sendiri, khusus yang meneliti bidang geopolimer secara intensif hanya ada dua kampus, yakni Institut Teknologi Surabaya (ITS) dan Universitas Negeri Makassar (UNM). Meski demikian, lanjutnya tak dapat dipungkiri UNM masih perlu tambahan peralatan untuk menunjang penelitian yang lebih berkualitas dan berskala internasional. Ia mengatakan, peralatan yang digunakan dalam laboratorium geopolimer Fisika UNM saat ini masih menggunakan peralatan yang sederhana. Padahal ada banyak hal yang dapat diteliti khususnya di bidang geopolimer.

Subaer mengakui, meski mendapat pengakuan dari Rektor UNM, namun hingga kini belum ada sumbangsi atau bentuk dukungan dari birokrasi kampus secara finansial terhadap penelitian geoplimer yang dilakukan pihaknya. Padahal menurutnya, setiap tahun laboratorium ini mampu meneliti hingga sepuluh judul penelitian. Yang terbaru, pihaknya memenangkan satu penelitian yang bersifat fundamental, dan tiga penelitian hibah bersaing.

Ia berharap, bata geopolimer yang telah diciptakan pihaknya dapat menjadi nilai jual tersendiri buat pengembangan jurusan fisika kedepan. Selain itu, hadirnya bata geopolimer diharapkan membuka lahan pekerjaan baru buat alumni UNM.
"Besar harapan, bata geopolimer ini juga dapat menjadi pusat unggulan yang memiliki prospek untuk menaikkan akreditasi universitas sekaligus dapat dikerjasamakan secara luas,"
Sumber: www.unm.ac.id & Profesi UNM


Update via Email
Masukkan email Anda!: Email yang Anda masukkan akan menerima tulisan-tulisan terbaru dari AK Ishaq blog. Terimakasih.


Artikel Terkait:
 
© Ishaq Madeamin Blog | Design by Blog template in collaboration with Concert Tickets, and Menopause symptoms
Powered by Blogger